Aku mau cerita sesuatu yang bikin aku senyum-senyum sendiri tiap kali ingat. Jadi, dulu waktu pertama kali belajar HTML, aku nggak langsung bikin website keren dengan animasi, portfolio profesional, atau toko online.
Nope, aku justru bikin… buku harian online.
Yes, kamu nggak salah baca. Buku harian, yang biasanya ditulis di diary dengan gembok kecil dan kunci imut-imut, aku pindahkan ke layar komputer.
Kenapa? Karena aku orangnya pelupa, dan jujur aja, aku lebih sering kehilangan buku harian ketimbang kehilangan flashdisk.
Kenapa Buku Harian?
Jadi ceritanya waktu itu aku lagi demen banget nulis curhatan. Mulai dari "hari ini ketemu tukang bakso yang ramah banget" sampai "kucing tetangga lagi tidur di kap motor".
Masalahnya, nulis di buku beneran itu ribet:
-
Tinta bolpoin sering habis.
-
Kadang kertas ketumpahan kopi.
-
Dan yang paling ngeselin, kalau ada orang iseng baca diam-diam.
Akhirnya aku kepikiran:
"Kalau aku bikin buku harian online, nggak akan ada yang bisa ngintip kecuali aku sendiri."
Dan saat itulah aku berkenalan dengan tiga sahabat baru: <h2>
, <p>
, dan <br>
.
Pertemuan Pertama dengan <h2>
Aku tahu <h1>
itu buat judul utama. Tapi karena ini buku harian, aku pengen ada sub-judul tiap hari. Nah, di situlah aku ketemu <h2>
.
Waktu itu aku nulis:
<h2>Hari Senin, 3 Maret 2025</h2>
Pas aku buka di browser, teksnya jadi agak besar, tapi nggak segede <h1>
.
Aku langsung mikir:
"Perfect! Ini pas banget buat judul entri harian."
Rasanya kayak nemuin kunci gembok diary digital.
<p>
Sang Penampung Curhatan
Kalau <h2>
jadi judul, berarti isi curhatan harus ditaruh di <p>
.
Aku coba nulis:
<p>Hari ini aku bangun kesiangan lagi. Alarm sudah bunyi, tapi entah kenapa aku lebih milih mimpi ketemu artis ketimbang ketemu kenyataan. Akhirnya, aku telat berangkat kerja. Untung bosku juga suka telat.</p>
Pas aku buka di browser, teksnya muncul rapi dalam satu paragraf.
Aku langsung mikir:
"Wah, ini kayak diary beneran. Bedanya, nggak ada yang bisa corat-coret di pinggir halaman."
<br>
Sang Penolong Patah Kata
Nah, masalah muncul waktu aku pengen bikin curhatan yang agak panjang tapi pengen ada jeda antarbaris.
Awalnya aku nulis gini:
<p>Hari ini hujan deras banget. Aku hampir kehujanan di jalan. Untung bawa jas hujan.</p>
<p>Sampai rumah, ternyata listrik mati. Akhirnya aku duduk gelap-gelapan sambil makan mie instan.</p>
Tapi aku merasa ribet kalau bikin banyak <p>
.
Akhirnya aku coba <br>
, yang katanya bikin baris baru.
<p>
Hari ini hujan deras banget. Aku hampir kehujanan di jalan. Untung bawa jas hujan.<br>
Sampai rumah, ternyata listrik mati. Akhirnya aku duduk gelap-gelapan sambil makan mie instan.
</p>
Dan ternyata berhasil! Teksnya rapi dengan jeda baris.
Aku sampai tepuk tangan sendiri di kamar.
Drama Kocak Waktu Nulis Diary Online
Belajar bikin buku harian online itu ternyata penuh momen kocak.
Beberapa kesalahan yang nggak bakal aku lupa:
-
Lupa nutup tag
<p>
Aku pernah nulis curhatan panjang tanpa nutup</p>
.
Hasilnya? Semua teks nempel kayak spanduk diskon akhir tahun.
Baca diary jadi pusing sendiri. -
Kebanyakan
<br>
Saking senengnya pakai<br>
, aku pernah bikin jarak antar kalimat terlalu jauh.
Alhasil, tampilan diary kayak kertas yang kena hujan—isinya pada bolong-bolong. -
Judul pakai
<h1>
semua
Aku iseng bikin setiap entri pakai<h1>
biar keliatan gede.
Tapi begitu aku scroll, malah kayak baca koran: judul segede gaban, isinya kecil.
Diary-nya jadi nggak enak dibaca.
Diary Pertama yang Jadi Kebanggaan
Setelah jungkir balik, akhirnya lahirlah diary online versiku.
Kira-kira tampilannya kayak gini:
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Buku Harian Online Budi</title>
</head>
<body>
<h1>Buku Harian Online</h1>
<h2>Senin, 3 Maret 2025</h2>
<p>
Hari ini aku bangun kesiangan lagi. Alarm sudah bunyi, tapi entah kenapa aku lebih milih mimpi.<br>
Untungnya bosku juga telat datang ke kantor, jadi aku selamat.
</p>
<h2>Selasa, 4 Maret 2025</h2>
<p>
Hari ini hujan deras banget. Aku hampir kehujanan di jalan.<br>
Sampai rumah, ternyata listrik mati. Akhirnya makan mie instan dalam gelap.
</p>
</body>
</html>
Pas aku buka di browser, aku senyum-senyum sendiri.
Sederhana banget sih, tapi rasanya kayak aku punya blog pribadi yang nggak ada orang lain bisa baca (kecuali aku kasih link).
Apa yang Aku Pelajari
Dari project kecil ini, aku belajar beberapa hal penting:
-
HTML itu gampang dipahami kalau ada tujuannya.
Belajar<h2>
,<p>
,<br>
jadi gampang karena aku langsung pakai untuk bikin sesuatu yang nyata: diary. -
Kesalahan itu bagian dari proses.
Typo, lupa nutup tag, kebanyakan<br>
—semua bikin aku lebih ngerti HTML. -
Project kecil bisa bikin semangat.
Dari diary ini, aku jadi semangat bikin project lain: resep masakan, galeri foto, sampai website portofolio.
Kenapa Kamu Harus Coba Juga
Kalau kamu baru belajar HTML, coba deh bikin buku harian online juga.
Kenapa?
-
Gampang. Kamu cuma perlu 3 tag dasar:
<h2>
,<p>
,<br>
. -
Berguna. Bisa jadi latihan nulis sekaligus belajar coding.
-
Seru. Ada kepuasan tersendiri saat baca diary versi digital buatan sendiri.
Sekarang, setiap kali aku buka file diary online itu, aku suka ketawa sendiri.
Bukan karena isinya lucu (meski curhatan kucing tetangga tidur di kap motor itu emang agak aneh), tapi karena aku ingat betapa bangganya aku waktu berhasil bikin diary dengan HTML sederhana.
Dan siapa sangka, dari project receh ini, aku bisa melangkah ke project lebih besar.
Kalau dipikir-pikir, semua berawal dari <h2>
, <p>
, dan <br>
yang kelihatan sepele.
Jadi, kalau kamu pengen belajar HTML, jangan nunggu bikin website rumit dulu.
Mulai aja dengan diary online. Siapa tahu, itu jadi pintu pertama ke dunia web development yang lebih luas.
Dan mungkin, beberapa tahun dari sekarang, kamu juga bakal cerita dengan gaya santai kayak aku sekarang:
"Dulu aku belajar HTML dari… bikin buku harian online."
0 Comments:
Post a Comment