Kalau kamu dengar kata “Dart”, mungkin yang pertama kali muncul di kepala adalah papan panah di warung kopi, tempat orang-orang berlomba melempar dart biar kelihatan jago padahal bolanya sering melenceng ke dinding. Tapi tunggu dulu, Dart yang kita bahas di sini bukan alat buat nancepin dinding atau buat taruhan kopi sachet. Dart yang satu ini adalah bahasa pemrograman.
Nah, kalau kamu baru dengar nama ini, jangan minder. Banyak orang di luar sana juga masih bingung, “Dart itu apaan sih?” Bahkan ada yang mengira Dart itu kembaran JavaScript, atau malah varian dari Java. Padahal nggak juga. Yuk, kita kupas tuntas dengan santai.
Jadi, Apa Itu Dart?
Dart adalah sebuah bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Google. Pertama kali muncul sekitar tahun 2011, Dart awalnya dibuat untuk mengatasi beberapa “kekurangan” JavaScript di sisi web. Tapi seiring waktu, Dart nggak cuma dipakai buat web aja, tapi juga bisa dipakai untuk:
-
Aplikasi mobile (Android & iOS) lewat Flutter
-
Aplikasi desktop (Windows, MacOS, Linux)
-
Backend service (server)
-
Bahkan aplikasi command-line sederhana
Jadi, Dart ini ibarat multitalenta. Kalau manusia, dia tipe orang yang bisa main bola, jago masak, dan sekaligus pintar matematika.
Kenapa Namanya Dart?
Nah, ini yang bikin penasaran. Kok namanya Dart? Apakah biar gampang dilempar-lempar kayak panah?
Menurut rumor (dan dokumentasi resmi), nama Dart diambil karena katanya simpel, pendek, mudah diingat, dan memberikan kesan “cepat dan tepat sasaran”. Persis kayak kalau kamu lempar dart ke papan, harus tepat ke angka 50 biar menang. Jadi filosofinya: Dart = cepat, efisien, fokus.
Dart itu Compiled atau Interpreted?
Oke, sedikit teknis tapi tenang aja. Dart punya dua mode:
-
JIT (Just-In-Time) Compilation → cocok buat pengembangan, karena bisa dijalankan cepat saat kita masih coding dan testing.
-
AOT (Ahead-Of-Time) Compilation → cocok buat produksi (production build). Jadi kode Dart bisa dikompilasi jadi kode native yang super cepat.
Kalau JavaScript itu ibarat kamu baca naskah film langsung di panggung (interpreted), Dart itu bisa dua-duanya: bisa langsung baca, bisa juga disiapin jadi film layar lebar (compiled). Fleksibel banget.
Apa Bedanya Dart dengan Bahasa Pemrograman Lain?
Pertanyaan klasik: “Kenapa saya harus belajar Dart, bukannya sudah ada JavaScript, Python, atau Java?”
Nah, mari kita bandingkan sedikit:
-
JavaScript: Jago di web, tapi kalau soal performa mobile native, agak ribet.
-
Python: Enak buat data science, AI, scripting, tapi kurang gesit kalau bikin aplikasi mobile.
-
Java/Kotlin: Mantap buat Android, tapi kalau disuruh bikin iOS ya… ribet lagi.
-
Dart + Flutter: Sekali nulis, bisa jalan di Android, iOS, web, dan desktop. Ini sih win-win banget.
Jadi Dart lebih menonjol ketika kita butuh cross-platform development.
Sintaks Dart Itu Kayak Apa?
Tenang, kalau kamu pernah belajar bahasa lain, Dart nggak akan bikin kamu pusing tujuh keliling. Sintaksnya mirip campuran Java + JavaScript + C#.
Contoh:
void main() {
var nama = "Agus";
print("Halo, $nama! Selamat datang di Dart.");
}
Outputnya:
Halo, Agus! Selamat datang di Dart.
Mudah kan?
Ada main()
sebagai titik awal program, ada var
buat variabel, dan ada print()
buat nge-print ke console.
Kelebihan Dart
Oke, biar makin mantap, mari kita lihat kenapa Dart ini patut dicoba:
-
Cross-Platform → Satu kode bisa dipakai banyak platform. Nulis sekali, jalan di mana aja.
-
Performa Cepat → Berkat AOT compilation, aplikasi bisa jalan ngebut kayak Ferrari.
-
Null Safety → Biar kamu nggak sakit hati gara-gara
null
. Dart punya sistem null safety bawaan. -
Sintaks Mudah → Cocok buat pemula, nggak serumit C++ atau Rust.
-
Dukungan Google → Karena dibuat Google, ekosistemnya lumayan stabil.
-
Cocok dengan Flutter → Kalau kamu mau bikin aplikasi mobile modern, Flutter adalah senjatanya, dan Dart adalah pelurunya.
Kekurangan Dart
Supaya adil, kita bahas juga kekurangannya:
-
Popularitas belum setinggi JavaScript → Komunitas masih berkembang, nggak sebesar Python.
-
Jarang dipakai di luar Flutter → Jujur aja, mayoritas orang kenal Dart gara-gara Flutter, bukan sebaliknya.
-
Pustaka (library) belum sebanyak bahasa populer lain → Walau sudah banyak, tetap belum bisa ngalahin npm (JavaScript) atau pip (Python).
Dart dan Flutter: Pasangan Serasi
Kalau bicara Dart, biasanya nggak bisa lepas dari Flutter. Flutter adalah framework UI buatan Google yang super populer buat bikin aplikasi mobile cross-platform.
Kenapa Flutter pakai Dart, bukan JavaScript?
Karena Dart punya keunggulan: bisa dikompilasi ke native dengan performa tinggi, sementara JavaScript butuh jembatan (bridge). Dengan Dart, aplikasi Flutter bisa tampil mulus 60fps tanpa ngelag.
Jadi, kalau Dart itu “bahasa”, Flutter itu “alat musik”. Dengan keduanya, kamu bisa bikin “lagu” alias aplikasi kece.
Contoh Project Sederhana dengan Dart
Biar nggak cuma teori, yuk kita lihat contoh project mini: aplikasi kalkulator sederhana.
import 'dart:io';
void main() {
print("Masukkan angka pertama: ");
var a = int.parse(stdin.readLineSync()!);
print("Masukkan angka kedua: ");
var b = int.parse(stdin.readLineSync()!);
print("Hasil penjumlahan: ${a + b}");
}
Coba jalankan di terminal, masukkan angka, dan boom! Kamu udah bikin kalkulator sederhana dengan Dart.
Kenapa Kamu Harus Peduli dengan Dart?
Nah, ini bagian penting. Pertanyaan sejuta umat: “Apa gunanya saya belajar Dart?”
Jawabannya simpel:
-
Kalau kamu mau bikin aplikasi mobile modern → belajar Dart wajib hukumnya.
-
Kalau kamu sudah jenuh dengan JavaScript → Dart bisa jadi penyegar.
-
Kalau kamu suka yang simpel, modern, tapi powerful → Dart jawabannya.
Apalagi, dengan Flutter, kamu bisa bikin aplikasi Android + iOS + Web dengan satu codebase. Jadi hemat waktu, tenaga, dan kopi.
Jadi, apa itu Dart?
Dart adalah bahasa pemrograman modern buatan Google yang fleksibel, cepat, dan sering dipakai barengan dengan Flutter untuk bikin aplikasi cross-platform.
Kalau bahasa lain bisa diibaratkan kayak alat dapur spesifik (pisau buat motong, panci buat masak), maka Dart ini kayak multicooker: satu alat, bisa dipakai buat banyak hal.
Apakah Dart akan menggantikan JavaScript atau Python? Belum tentu. Tapi kalau soal bikin aplikasi mobile lintas platform, Dart + Flutter bisa jadi pilihan terbaik.
So, kalau ada yang nanya “Dart itu apa?”, sekarang kamu bisa jawab dengan mantap:
“Bukan panah di warung kopi, bro. Ini bahasa pemrograman masa depan.”
0 Comments:
Post a Comment