Apa itu BIOS dan UEFI?

  


 Kalau kamu pernah utak-atik komputer, mungkin sudah sering mendengar istilah BIOS atau UEFI. Biasanya, nama ini muncul saat komputer dinyalakan dan muncul logo produsen motherboard, atau saat kita menekan tombol tertentu seperti Del, F2, atau F12 untuk masuk ke pengaturan sistem.

Tapi sebenarnya, apa sih BIOS itu? Dan kenapa sekarang banyak orang juga membicarakan UEFI? Apakah keduanya sama, atau justru berbeda jauh? Nah, di artikel ini kita akan kupas tuntas perbedaan BIOS dan UEFI, fungsinya, kelebihan dan kekurangannya, serta kenapa kamu perlu tahu tentang ini—meski hanya pengguna biasa.

1. Apa Itu BIOS?

BIOS adalah singkatan dari Basic Input/Output System.
Sederhananya, BIOS adalah perangkat lunak kecil yang sudah ditanamkan di motherboard komputer. Tugas utamanya adalah:

  1. Menginisialisasi hardware – BIOS akan memeriksa dan mengaktifkan semua perangkat keras seperti prosesor, RAM, keyboard, hard disk, hingga kartu grafis.

  2. Menjalankan POST (Power-On Self Test) – yaitu tes awal saat komputer dinyalakan untuk memastikan semua perangkat keras berfungsi dengan baik.

  3. Memberikan antarmuka konfigurasi dasar – BIOS punya menu setup (berwarna biru khas, jadul banget) untuk mengatur hal-hal seperti boot order, jam sistem, atau pengaturan voltase.

  4. Menyerahkan kendali ke sistem operasi – setelah hardware siap, BIOS akan mencari bootloader (biasanya di hard disk/SSD) untuk memulai sistem operasi (Windows, Linux, atau lainnya).

BIOS ini sudah ada sejak era komputer IBM tahun 1980-an. Jadi bisa dibilang BIOS adalah "kakek moyang" dari sistem firmware komputer modern.

2. Apa Itu UEFI?

Seiring perkembangan teknologi, BIOS mulai dianggap ketinggalan zaman. Makanya, muncullah UEFI, singkatan dari Unified Extensible Firmware Interface.

UEFI adalah pengganti modern untuk BIOS, dengan fitur lebih canggih dan dukungan untuk teknologi baru. Fungsi utamanya sebenarnya sama: memulai komputer, memeriksa hardware, dan memuat sistem operasi. Tapi bedanya, UEFI lebih pintar, cepat, dan fleksibel.

Beberapa fitur keren dari UEFI antara lain:

  • Antarmuka grafis: tidak lagi tampilan biru jadul, UEFI bisa punya tampilan mirip aplikasi modern, lengkap dengan mouse support.

  • Boot lebih cepat: UEFI lebih efisien, sehingga waktu startup bisa lebih singkat.

  • Dukungan hard disk besar: BIOS hanya mendukung maksimal 2 TB dengan sistem MBR. UEFI mendukung GPT (GUID Partition Table) sehingga bisa pakai hard disk/SSD lebih dari 2 TB.

  • Keamanan tambahan: ada fitur Secure Boot untuk mencegah sistem operasi atau malware yang tidak terpercaya berjalan saat startup.

  • Modular dan bisa diperluas: pabrikan bisa menambahkan driver atau aplikasi ke dalam firmware UEFI.

Karena itulah, komputer modern (laptop/PC keluaran 2012 ke atas) biasanya sudah memakai UEFI, bukan BIOS klasik.

3. Perbedaan BIOS dan UEFI

Biar lebih gampang, yuk kita lihat tabel perbandingannya:

Aspek BIOS UEFI
Tahun muncul 1980-an 2005 (populer setelah 2010-an)
Tampilan Teks sederhana (biru, kuning, jadul) GUI modern, bisa pakai mouse dan grafis
Ukuran disk Maksimal 2 TB (MBR) Bisa lebih dari 2 TB (GPT)
Mode boot Legacy boot Secure Boot, Fast Boot
Kecepatan Lebih lambat Lebih cepat
Fleksibilitas Terbatas Bisa menambahkan aplikasi/driver tambahan
Kompatibilitas OS Semua sistem operasi lawas Lebih cocok untuk OS modern (Windows 8 ke atas, Linux modern)

Jadi bisa dibilang, UEFI adalah versi upgrade dari BIOS, dengan berbagai fitur tambahan.

4. Apakah Komputer Saya Pakai BIOS atau UEFI?

Kalau kamu pakai laptop/PC keluaran lama (sebelum 2012), kemungkinan besar masih BIOS. Tapi untuk perangkat baru, hampir pasti sudah UEFI.

Cara cek di Windows:

  1. Tekan Windows + R, ketik msinfo32, lalu tekan Enter.

  2. Cari bagian BIOS Mode.

    • Kalau tertulis Legacy, berarti masih BIOS.

    • Kalau tertulis UEFI, berarti sudah pakai UEFI.

5. Kenapa UEFI Lebih Baik dari BIOS?

Secara umum, UEFI menawarkan pengalaman lebih baik dibanding BIOS. Beberapa alasannya:

  • Lebih cepat booting → cocok buat SSD modern.

  • Lebih aman → dengan fitur Secure Boot, bisa cegah malware rootkit.

  • Mendukung perangkat keras terbaru → BIOS sudah tidak dikembangkan lagi, jadi UEFI lebih relevan.

  • User-friendly → antarmuka grafis lebih mudah digunakan, bahkan oleh pemula.

Tapi, bukan berarti BIOS tidak berguna. Masih ada beberapa komputer lama yang hanya bisa jalan dengan BIOS, dan beberapa pengguna Linux juga kadang lebih suka mode Legacy BIOS untuk alasan kompatibilitas.

6. Haruskah Saya Beralih ke UEFI?

Kalau komputer kamu sudah mendukung UEFI, sangat disarankan untuk menggunakannya. Apalagi kalau ingin install Windows 10/11 atau distro Linux terbaru.

Tapi hati-hati, untuk pindah dari BIOS ke UEFI biasanya perlu install ulang sistem operasi (karena format partisi berubah dari MBR ke GPT). Jadi kalau tidak ingin repot, biarkan saja apa adanya.

7. Kesimpulan

Singkatnya:

  • BIOS adalah sistem firmware lama yang berfungsi untuk menginisialisasi hardware dan memulai sistem operasi.

  • UEFI adalah penerus BIOS dengan fitur modern, lebih cepat, lebih aman, dan mendukung teknologi terbaru.

  • Komputer modern hampir semuanya sudah menggunakan UEFI.

  • Kalau masih pakai BIOS, tidak masalah. Tapi untuk jangka panjang, UEFI jelas lebih unggul.

Jadi, lain kali saat kamu menyalakan komputer dan masuk ke "menu biru misterius" atau antarmuka pengaturan startup, kamu sudah tahu bedanya BIOS dan UEFI.

Dengan memahami BIOS dan UEFI, kamu jadi lebih paham cara kerja dasar komputer. Siapa tahu, suatu saat kamu perlu mengatur boot order untuk install ulang Windows, atau mematikan Secure Boot supaya bisa install Linux favoritmu.


0 Comments:

Post a Comment